Ibu rumah tangga di madiun, gantung diri ( bunuh diri ) karena putus asa punya anak gangguan mental bertahun-tahun.
Hallo Madiun.Com- Tragedi di Madiun: Ibu Rumah Tangga Akhiri Hidup Akibat Tekanan Mental
Dalam peristiwa tragis yang terjadi di Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, seorang ibu rumah tangga berinisial ES (62) ditemukan tewas dengan cara gantung diri di pohon belakang rumahnya. ES diduga mengakhiri hidupnya akibat tekanan mental yang berkepanjangan karena merawat anaknya yang mengalami gangguan mental selama bertahun-tahun. Peristiwa ini mengguncang masyarakat sekitar dan menjadi pengingat akan pentingnya kesehatan mental, baik bagi penderita maupun keluarga pendamping.
Kronologi Kejadian
Kapolsek Kare, AKP Agustinus, dalam keterangannya membenarkan insiden tersebut. Ia menjelaskan bahwa pihak kepolisian menerima laporan dari warga terkait penemuan jasad ES yang tergantung di sebuah pohon di belakang rumahnya.
“Mendapat laporan kejadian gantung diri, kami segera mengirim Tim Inafis Polres Madiun untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi korban. Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Ini murni kasus bunuh diri,” ujar Agustinus.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan visum, pihak keluarga menerima kejadian ini sebagai musibah. Mereka memutuskan untuk tidak melakukan otopsi lebih lanjut dan segera memakamkan ES di pemakaman desa setempat.
Latar Belakang Depresi
Agustinus menambahkan bahwa berdasarkan keterangan dari keluarga dan warga sekitar, ES diduga mengalami depresi berat. Kondisi tersebut dipicu oleh tanggung jawab yang besar dalam merawat anaknya yang mengalami gangguan mental kronis. Selama bertahun-tahun, ES berjuang tanpa henti untuk menjaga dan merawat anaknya yang kondisinya tak kunjung membaik.
“Korban sangat terpukul dengan kondisi anaknya yang tidak ada perubahan signifikan. Hal ini membuatnya tertekan dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup,” ungkap Agustinus.
Depresi yang dialami ES merupakan gambaran nyata dari beban psikologis yang sering kali dihadapi oleh para keluarga yang merawat pasien dengan gangguan mental. Dalam banyak kasus, depresi pada pendamping atau keluarga sering kali diabaikan hingga berujung pada tindakan tragis seperti yang dialami ES.
Pentingnya Dukungan Kesehatan Mental
Peristiwa ini menyoroti pentingnya dukungan bagi keluarga yang merawat pasien gangguan mental. Tidak hanya pasien yang membutuhkan perhatian, tetapi keluarga juga memerlukan pendampingan, baik dari segi emosional maupun psikologis. Banyak keluarga merasa sendirian dalam perjuangan ini, sehingga rentan mengalami stres dan depresi.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, kasus gangguan mental di Indonesia semakin meningkat, terutama sejak pandemi COVID-19. Banyak keluarga yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan mental, baik karena keterbatasan fasilitas maupun stigma sosial yang masih kuat.
Di sisi lain, dukungan masyarakat dan komunitas juga sangat dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, stigma terhadap keluarga dengan anggota yang memiliki gangguan mental masih kerap muncul. Hal ini justru memperburuk kondisi keluarga, yang seharusnya mendapat dukungan, bukan penghakiman.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Untuk mencegah tragedi serupa, pemerintah diharapkan dapat meningkatkan fasilitas kesehatan mental, khususnya di daerah-daerah pedesaan seperti Desa Kare. Program-program seperti pendampingan psikologis, pelatihan bagi keluarga pasien, serta layanan konseling gratis dapat menjadi solusi dalam mengurangi beban yang dirasakan oleh keluarga.
Selain itu, sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya kesehatan mental juga perlu digalakkan. Masyarakat harus diajarkan untuk lebih peduli dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan ini. Dengan demikian, keluarga yang merawat pasien gangguan mental tidak merasa sendirian dan memiliki tempat untuk berbagi beban.
Kesimpulan
Kisah tragis yang menimpa ES di Madiun bukan hanya sekadar kabar duka, melainkan juga panggilan untuk kita semua agar lebih peduli terhadap kesehatan mental, baik bagi pasien maupun keluarganya. Tekanan mental yang berat tanpa dukungan memadai dapat berujung pada tindakan ekstrem yang tak hanya merugikan individu, tetapi juga keluarga dan masyarakat.
Diperlukan kerjasama antara pemerintah, komunitas, dan individu untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Dengan langkah-langkah konkret, diharapkan tragedi serupa tidak akan terulang di masa mendatang.